CAHAYA KECIL DI SEPERTIGA MALAM
Cerpen Karya Wiwit Jayanti
Penyair itu kode sedang bulan adalah refleksi dari suatu kode,
refleksi yang menoreh berkas dengan tautan pensil yang bergoyang. Gerak
jemari mengalur mengikuti imajinasi kelana. Menyusuri tiap sudut
kehidupan, menerjang semu kearifan sipemilik tahta dunia. Yang
memalingkan kesucian demi cinta Pada benda yang meraja. Tertawa berlari
dari kewajiban. Bisanya hanya terjerat dalam lelap yang berjalan dalam
angan.
Ketika refleksi semakin menjadi primadona alam, Adhwa tenggelam
dalam muhasabah senja yang berlalu. Cinta-Nya membuatnya berlayar pada
telaga kedamaian. Menyiram segumpal merah antara rusuk penuh sesak dan
amarah. Balut gundah dalam rangkai tasbih. Kokohkan jiwa dengan seribu
kalimat tauhid. Keyakinan bergema takbir dihati insan berkalang cerca.
Tak ada yang tahu rasa apa yang dirasa, serinci apapun menjelaskan,
karibpun tidakkan bisa merasa. Sujud panjang menyatu cinta, mengucil
diri dalam pekatnya. Bahasa jiwa hanya insan dan pemilik-Nya yang paham.
Semua
berputar pada poros dan lintasan yg akhirnya akan kembali melalui
garis-Nya. Pembelaan terhadap takdir tak berujung pelangi. Takdir-Nya
indah namun keterbalikan akan logika.
|
Cahaya Kecil Di Sepertiga Malam - Cerpen Islami |
Ibnu hazm berkomentar “ cinta awalnya permainan dan akhirnya
kesungguhan. Dia tidak dapat dilukiskan, tetapi harus dialami agar
diketahui. Agama tidak menolaknya, syariatpun tidak melarangnya.” Karena
itu, kata sebagian pakar “keterangan tentang cinta, bukanlah cinta”.
Cinta,
kepedihan, kebahagiaan, ambisi, ataupun prestasi hanyalah realisasi
dari sebuah naluri yang akhwat-akhwat bilang “permainan gharizah”.
Seorang Adhwa tidak terlalu paham akan itu, Adhwa hanyalah seseorang
perempuan yang berusaha menjadi baik namun jauh dari baik. Keistiqomahan
bergoyang ketika diterpa angin kehidupan. Adhwa adalah perempuan belia
cinta ilmunya.
***
Ketika lulus SMA ada niatan untuk kuliah
meski kendala itu menyapa, disitulah manisnya cobaan. Pak suryo selalu
berwejang “ nak kalau mau kuliah mantapkan hati, yang serius, dan
fokuskan satu tujuan! ”.Hati punya kemantapan dan keyakinan akan itu.
Dari dulu hanya satu niat yang mungkin semua anak-anak ingin lakukan
untuk orangtuanya, mewujudkan impian menjalankan rukun islam yang ke-5.
Kehidupanya yang tidak memungkinkan saat itu, Membuat rentan uji.
Pemegang tahta dunia berkoar mengumandangkan kesejahteraan rakyat. Tapi
menjadi benalu kehidupan buat segelintir mereka.Pangkal penghidupan
diganggu antek-anteknya, berasas “penghijauan”. Ladang petani diganggu
pada musim panen. Adwha menahan sesal, pak suryo abinya menguatkan.
“Tidak usah dipikirkan nanti abi akan usahakan, urusi saja semua
kepentingan buat kuliahmu”. Adwha hanya memegang ayat-Nya jika allah
mempermudah urusan untuk para pencari ilmu. Adhwa bukan wanita bertajuk
senja yang rela menanti sore dirumah orangtuanya. Proses tidak lagi
terlalui tapi terlampaui secara halus meski bukan tujuan. Seseorang
mengatakan “petani yang sukses bukan dilihat dari dimana ia berkebun,
tapi siapa petaninya”. Semua bermula dari niatan yang berbanding
terbalik akan cinta semu.
***
Semua bermula dari sebuah
ketidak sengajaan. Ketika hati mulai berpaling dari degup cinta tak
berarti, seorang laki-laki hadir pada momen yang membuat semua menjadi
buram. Syariat tergadai, dan keistiqomahan ternodai. Permainan iblis
terlampau manis seolah-olah itu sebuah pertemuan yang sudah direncanakan
oleh Allah. Ia menelusup kejiwa insan yang lemah iman. Diantara
sepertiga malam tertuang bait doa pada-Nya. Didoa terakhir handphonenya
berbunyi. Sebuah pesan singkat tertata rapi di handphone kesayangannya.
”duhai
jiwa-jiwa yang berselimut, bangunlah dan kerjakanlah sholat sebagai
ibadah tambahan bagimu”. Adhwa yang baru selesai berrnunajat pada -Nya
membalas dengan sederet kalimat singkat “ ya terimakasih, Alhamdulillah
saya sudah, maaf anda siapa?”balasnya. Dan ternyata pesan singkat itu
berakar. Sipemilik nomor itu membalasnya”anda akan tahu sendiri suatu
saat nanti”. Adhwa menghela seraya mengetik balasannya“ ya sudah,
siapapun kamu saya ucapkan terimakasih”.
Percakapan melalui sms
semalam, tidak hanya sebatas malam itu saja. Ternyata keingintahuannya
yang sangat besar membuat Adhwa penasaran dengan sosok religius. Adhwa
tahu dari sahabatnya. Perkenalan dengan sosok religius berlanjut pada
telpon seluller. Hingga suatu hari dia berani menelponku, hingga
hari-hari berikutnya. Tapi , dari sahabatnya adhwa tahu kalau ia sudah
punya pacar. Hubungan mereka telah terjalin selama 2 tahunan. Fakta itu
membuatnya geram dan itu ia katakan pada sahabatnya yang juga tidak
mengerti hal itu. Adhwapun tidak terlalu menanggapi sms dari sosok itu
lagi. Hingga sahabatnya mengatakan jika ia dikabarkan sudah putus dengan
pacarnya. Adhwa tak habis pikir kenapa ia melakukan hal itu? Yang
ternyata selama ia berhubungan dengannya, sudah ada konflik diantara
mereka. Keakraban itu kembali terjalin setelah fakta itu ia terima,
egois memang tapi itulah yang terjadi. Adhwa hanya mengenalnya di telpon
seluller.
Hari ini adalah terakhir adhwa melaksanakan ujian akhir nasional,
yang semuanya fiktif. Letih dan terik panas matahari tersingkirkan oleh
nafas kelegaan. Sesampai dirumah adhwa merebahkan tubuhnya dibilik.
Ponselnya berbunyi, ternyata ada satu nama disitu” cahaya kecil
disepertiga malamku”. Itu nama khusus untuknya. Adhwa tidak menduga jika
ternyata dihari itulah ia mengatakan untuk mengajak serius menjalin
hubungan lebih dengannya. Dia tidak ingin hanya sebagai teman. Virus
merah jambu memburamkan pernyataannya saat diskusi kelas. Jika pacaran
haram!. Itulah awal statusnya, dan awal kerapuhan menjalankan akidah.
Saat itu adhwa belum bertemu ataupun mengenalnya secara pasti. Tapi
keyakinannya agar menerimanya begitu kuat. Hingga perkenalan secara
nyata terjadi setelah ia menjadi kekasih tak halalnya. Lembut dan halus
setan merasuk dalam setiap jiwa manusia.
Adhwa menganggap jika hubungan itu wajar selagi kita tidak melakukan
sesuatu yang melampaui batas, saling memberi motivasi dan mendukung.
Selama berhubungan dengannya ilmu-ilmu baru selalu adhwa dapatkan.
Setiap bertemu selalu ada topik yang dibahas terutama syareat islam
karena ia sekolah di madrasah yang berbeda dengannya. Yang memilih
disekolah umum. Ia mengenalkan banyak hal tentang dinnya. Itu anggapan
adhwa saat itu yang mengindahkan semua keyakinan sebelumnya dan
menghalalkan hubungan itu. Meskipun Bersentuhan ataupun duduk
berdekatanpun adhwa merasa canggung. Setiap ketemuan adhwa menyuruhnya
mengajak teman.
Mereka saling mengingatkan untuk ibadah. Setiap waktu sholat selalu
ada inbox yang masuk. Pacaran islami yang terlintas dibenaknya. Dan ia
tahu faktanya jika tidak ada pacaran yang islami setelah ia kenal bangku
kuliah. Mudharat dan mashlahat tidak bisa digabungkan. Hati
terkontaminasi, dan tidak terjaga. Jika seperti itu Lantas ibadah ini
karena siapa? Karena dia atau karena Allah.
Setelah adhwa kuliah, hubungan mereka merenggang. Long distance
istilahnya. Hingga suatu hari keresahan dihati ini mengetuk pintu hati
yang berbelok. Hati meronta, karena pada hakikatnya hati itu suci. Tapi
hanya saja terkadang perkataan hati tak dihiraukan, seorang penjahatpun
tidak ingin melakukan kehinaan dimatanya. Tapi karena terpaksa, ia
melakukan hal yang dilarang sekalipun. Adhwa mulai menguatkan hati,
walau terasa sesak didada. Tiga layar penuh kalimat tersusun apik yang
ia pikirkan sebelumnya. Dengan basmalah ia kirimkan pesan panjang itu
kenomor “cahaya kecil disepertiga malamku”. Adhwa menangis, penyesalan
ada tapi kekuatan untuk kembali pada-Nyapun lebih kuat. Adhwa menunggu
jawaban darinya, tidak kunjung ditanggapi olehnya. Hingga tengah malam
ia mendapati balasan yang sangat singkat yaitu kata “ ya “. Tanpa
ekspresi sangat padat dan jelas. Sejak saat itu tak ada lagi inbox
darinya.
***
Setelah sebulan berlalu ia kembali
menghubunginya. Mereka kembali berhubungan melalui telpon seluller. Yang
berbeda, mereka tidak punya hubungan serius lagi. Hingga hari itu ia
mengatakan jika jangan smsan lagi karena perempuan dan laki-laki tidak
baik smsan. Perubahan yang sangat drastis dari cahaya sepertiaga
malamnya. Ada rasa senang, karena pada akhirnya ia mengerti konsep
hidupnya. Hingga sekarang smsnyapun hanya sekedar sms tausyiah yang
dikirimkan juga untuk semua. Setahun berlalu dia tidak ada khabar, sms
tausyiah ataupun facebooknya tak ada status baru. Hati jika sudah
dinodai sulit untuk dibersihkan, rasa itu terlampau kuat menggenggam
ingatan tentangnya. Dan didapati khabar ternyata dia mondok satu tahun
di jawa. Adhwa tak mungkin sms mendahuluinya dan nomornyapun sudah tidak
aktif.
Hari itu selepas kuliah adhwa membuka akun facebook dan ia dapati
inbox disana. Sebuah nama yang senantiasa terukir, dia cahaya kecil
disepertiga malamku. Menanyakan khabar. Karena aku berselancar dengan
ponsell, tidak cukup memori telpon selullerku untuk membalasnya. Hingga
aku beranikan diri untuk menulis di wall nya. Percakapan kami berlanjut
pada wallnya, tapi kata penutup darinya yang membuat adhwa
bertanya-tanya. Dia mengatakan agar adhwa menjaga ibadah dan semoga
menemukan kebahagiaan. Meskipun sudah dua tahun berlalu tapi nama itu
masih terselip rapi dihati dan doa seorang adhwa . Disujud panjang
qiyamul lail kerealisasikan rindunya dalam doa. Berharap tuhan
memberikan jalan terbaik buat ia dan cahaya sepertiga malamnya.
****
Sekitar
pukul 11.00 malam ia sms tiba-tiba. yang mengatakan jika ia
menginginkan pacar yang seperti ibu satu untuk selamanya. Adhwa
tersentak akan maksud dari pesan singkat itu. Ia mencoba mengerti makna
dari pernyataan itu. Mugkinkah ia menginginkanku menjadi bagian dari
hidupnya. Tapi, adhwa belum punya kesiapan akan itu. Adhwa terlalu
sayang pada orangtuanya, ia harus mewujudkan impian mereka. Hingga ia
temui sebuah status facebook yang adhwa pikir mengacu padanya “ apakah
aku siap menunggu?”. Selang beberapa minggu dari itu adhwa harus
menerima kenyataan status facebook yang menyatakan jika cahaya sepertiga
malamnya sedang punya hajat untuk mengkhitbah seorang gadis. Ia hanya
bisa beristighfar menenangkan hati.ia hanya bisa mendoakan kebahagiaan
untuknya. Belum ada pernyataan pasti, meskipun hanya sebuah status
facebook tapi sudah membuatnya merasakan perih yang teramat. Ini
konsekuensi dari sebuah syariat yang harus digenggamnya.
Cinta
biarlah terpatri, karena semakin berlari semakin ia merengkuh erat
qolbu. Semua panyair menggambar cinta itu sebuah keindahan. Tapi adhwa
merasakan kebalikannya. Kata-kata seorang akhwat
menenangkannya”...pernikahan yang didasari rasa cinta itu tidak logis.
Karena istikharahpun percuma, jiwa senantiasa membenarkan jika ia jodoh
terbaik...”. Biarkan ia mengikuti alur kemana ia akan berlabuh. Allah
tahu yang terbaik buat hamba-Nya. Adhwa menguatkan hati
“....Cahaya
kecil disepertiga malamku, mungkin ini jawaban atas caraku yang salah
Mencintaimu dalam sunyi. Sesal tinggal menggurui hati, rencana-Nya lebih
indah untuk menjaga hati hamba-Nya. Akhir hidup itu sebuah keindahan,
jika belum maka itu perjalann hidup yang masih panjang. Aku hanya bisa
mengucap syukur atas semua kejadian hidup. Berterimakasih untukmu yang
telah mengenalkan pada Dinku. ISLAM.”
***
Adwha kini telah
menyelesaikan sarjana dengan segenap perjuangan orangtua yang
menyayanginya. Ia mengajar privat dan ngaji untuk menyambung hidup
dirantau selama kuliah. Perjuangan itu membuahkan hasil gelar sarjana
pendidikan disandangnya dengan segenap bangga dihati. Setelah
menyelesaikan strata satunya ia mondok selama satu tahun untuk menambah
ilmu akhiratnya. Dan kini ia telah berekor ada buah hati dan suami yang
menguatkannya. Tulang rusuk itu tak pernah tertukar meski sejauh bumi
bergerak, mas fajar mengkhitbahnya melalui kedua orangtuanya yang
sebelumnya tak pernah dikenalnya. Cinta SMA berlalu, seumpama sandal
jika tidak jodoh meski dipaksa tidak akan pernah cocok. ALLAH telah
memilihkan fajar untuknya dan itulah yang terbaik. Cinta suci menyambut
dalam peraduan. Lagu almaedany diputar” menanti di belahan jiwa”